Belajar Dari KMNU : Biasa Luar Biasa

Ketika baru bergabung dalam Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) rasa heran yang paling membuat saya berlatih sabar adalah sikap hampir semua anggotanya yang “biasa saja”. Biasa saja terhadap banyak hal yang terjadi di luar sana, biasa saja dalam berbahasa, biasa saja dalam bersikap, biasa saja dalam penampilan, pokoknya biasa saja. Ya seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya, biasa saja. Baca lebih lanjut

Buku Jejak Sukses : Meraih Mimpi Bersama Illahi

Buku Jejak Sukses, Buku Jejak Sukses Meraih Mimpi Bersama Illahi merupakan karya pertama dari Muhamad Arifin. Buku Motivasi nonfiksi yang membahas banyak hal mengenai IMPIAN, CITA-CITA, KESUKSESAN, dll.

Buku Jejak Sukses Meraih Mimpi Bersama Illahi 

 

Genre : Nonfiksi Motivasi
Penulis : Muhamad Arifin
Penerbit : Harfeey
Tebal : 191 Hlm, A5
Harga : Rp50.000,-
Order :
            SMS : Nama_Jumlah Pemesanan_Alamat Lengkap
            Kirim ke : 085695849888
Sinopsis
Takdir kita sudah ditentukan oleh Tuhan. Hanya Dia-lah yang tahu akan menjadi apa kita akhirnya. Tapi sungguh, Dia, Allah Yang Maha Bijak, telah memberi kita kesempatan di setiap waktu untuk melakukan perubahan terhadap takdir yang sudah Dia tentukan. Jika kita memang tidak tahu apa-apa ke depannya, mengapa tidak kita tentukan sendiri saja masa depan kita? Kalau yang kita inginkan itu sama dengan takdir yang sudah Tuhan tentukan, maka syukur kita atas-Nya. Kalau pun beda, bukankah itu kesempatan untuk mengubah takdir yang sudah Tuhan berikan?
Sekarang hanya kita yang bisa mengubah takdir yang sudah Allah tentukan. Allah bisa dan sangat bisa melakukannya, tapi Dia sudah menutup kemungkinan itu. Allah tak akan mengubah takdir suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya. Oleh karena itu, ayo tentukan bagaimana semua ini harus berakhir dan akan menjadi apa kita nantinya.
Ayo mulai dari sekarang, membuat jejak-jejak sukses, melangkahkan kaki menggapai mimpi, dan lakukan itu semua bersama Allah Sang Pencipta. Bersama-Nya tak ada yang tak mungkin, dengan melibatkan-Nya dalam setiap tindakan kita, semua kebaikan yang kita cita-citakan, pastilah bisa kita raih. Dialah Allah Semesta Alam, Yang Maha Berkehendak, dan Maha Berkuasa.

Balada RanduAgung : Doa Di FaceBook dan Doa Lewat FaceBook

Randu : Gung… statusmu iku lo!
Agung : Status apa Ran? Singgle? Itu pilihan Ran. Gak usah dipermasalahkan.
Randu : Aalaaahh… Bukan itu. Kalau single dan jomblo sih sama sama pilihan. Meskipun untuk yang jomblo hanya sedikit yang memilih, itupun kepaksa.
-> Sesaat tertawa bersama.
Randu : (melanjutkan) jadi bukan tentang itu.
Agung : Terus status yang mana lagi?
Randu : Status FB yang paling baru.
Agung : Yang doa?
Randu : Iya, yang itu. Kamu itu lo doa kok di FB?
Agung : Hm…. Ngacok lagi ni.
Randu : Kok ngacok.
Agung : Ya iyalah. Aku itu bukan doa “di” FB tapi “lewat” FB.
Randu : Jiaah… emang apa bedanya?
Agung : Ya bedalah. Artinya mungkin agak sama. Tapi efek bagi yang denger itu beda.
Randu : Coba… Coba… jelasin lebih lengkap.
Agung : Kalau doa di FB, itu kayak hal yang bener bener baru Ran, yang aneh dan tabu kalau dilakukan. Seharusnya kan di tempat ibadah atau passebelum dan setelah ibadah. Karena itu, beberapa orang ndak nrima dengan inovasi ini. Makanya aku bilang, bukan doa di FB, tapi doa lewat FB, karna yang bagiku yang baru cuma alatnya doang. Perantaranya saja. Kayak ngomong dengan orang lain, dulu secara langsung, sekarang make telpon. Jadi ya ndak masalah. Toh doanya tetep ke Tuhan. Teman yang lain tugasnya meng-amin-kan. Itu pun bagi yg setuju dengan doanya.
Randu : Tapi kan …
Agung : Sudah… sudah… jangan tapi tapi. Lagian kita harus berkhusnudzon orang yang doa lewat FB itu juga doa setelah sholat dan di waktu lainnya. Lagian Tuhan dimana-mana Ran. Jadi biasa aja dong.
Randu : Tapi kan…
Agung : Ndak usah tapi tapi lagi. Dari pada FB buat sindir sindiran, galau-galauan atau maksiat-maksiatan, kan mending buat doa, nasihat, dan berbagi semangat.  Segala amal itu kan tergantung niatnya. Jadi jangan semua hal dipermasalahkan. Ada malaikat yg lebih paham.
Randu : Tapi kan…
Agung : Tapi apa sih? Dari tadi tapi tapi terus. Masih ada masalah.
Randu : Iyalah tetep masalah.
Agung : Apalagi emangnya?
Randu : Doamu itu kan pengen lebih sukses dari aku. Terus temenmu di FB cuma aku. Kamu ingin aku amin-kan atau pengen nantang kelahi?
Agung : Owh…. itu… hehe
Randu : [emot kesel]

#Balada #RanduAgung
#JumatBerkah

Kisah Menjemput Mimpi 12 : Puzzle : Kelas bagian 1

[sebuah cerita bersambung “Kisah Menjemput Mimpi”]

Tulisan sebelumnya : Sahabat

Aku berusaha sebaik-baiknya untuk menjadi teman dan ketua kelas yang baik bagi kawan-kawanku di kelas. Apalagi wali kelas kami sangat baik dan perhatian. Pak Latif, adalah wali kelasku. Kebetulan beliau juga salah satu pembina OSIS. Seringkali, ketika aku melapporkan keadaan kelas, kami juga membicarakan gimana keadaan OSIS. Beliau begitu perhatian dan sangat peduli dengan kelas.

Kawan-kawan ku pun di kelas sangat menyenangkan. Ada yang tampil begitu islami, ada yang sok pintar, ada yang bergaya seperti tukang kredit, dan ada yang menisbatkan dirinya sebagai anak  nakal. Dan yang terakhir ini yang paling banyak. Sebagian besar dari mereka –khususnya yang nakal- banyak yang jago olahraga, karena itu kalau  ada lomba olah raga kami tak pernah kalah, atau mungkin lebih tepatnya tak pernah mau mengalah. Baca lebih lanjut

Kisah Menjemput Mimpi 11 : Sahabat

[sebuah cerita bersambung “Kisah Menjemput Mimpi”]

Tulisan sebelumnya : Kisah Baru Saja Akan Dimulai

Sabtu dan Minggu saatnya platihan kepemimpinan dan rapat kepemimpinan (latpim rapim) OSIS akhirnya tiba juga. Beberapa jam yang lalu, acara sudah dimulai. Saat ini aku sudah duduk di kursi dengan meja panjang khas Ruang Laboratorium. Ruang Laboratorium Biologi-Kimia memang sengaja dipakai untuk aktivitas latpim rapim ini untuk dua hari ke depan. Beberapa alat laboratorium untuk sementara di kandangkan, dan tinggal bersisa 10 meja panjang yang berjejer dua ke samping dan 5 ke belakang. Satu meja berpasangan dengan 4 kursi kecil yang kami duduki satu-satu. Aku duduk di kursi paling kanan meja kiri nomor dua dari depan. Di samping kananku ada ruang kosong jarak antar meja yang sepertinya dijadikan tempat untuk berjalan nara sumber ketika ingin mendekati peserta.
Baca lebih lanjut

Akhirnya Berjumpa dengan Ra Kholil

Ra Kholil begitu orang daerah saya memanggil beliau.
Nama lengkap beliau adalah KHR. Moch Kholil bin As’ad bin Syamsul Arifin pendiri PP Wali Songo Mimbaan Sukorejo Situbondo.

Alhamdulillah malam ini bisa mendatangi majelis beliau dan juga berkesempatan mencium tangan serta di doakan beliau.
Semoga segala doa segera Allah ijabah. Aamiin…

Sejenak jadi ingat mbah di rumah.
Foto Ra Kholil sudah menghias dinding ruang tamu mbah selama dua sampe tiga tahun terakhir.
Meskipun mbah sudah merenovasi rumah, tetap saja foto Ra Kholil yang memakai selendang ikat kepala hijau tetap dipertahankan.
“Foto Ra Kholil dengan selendang ikat kepala hijau begitu banyak dicari orang. Mereka percaya Foto ini menjadi perantara turunnya berkah Allah.” Begitu kata mbah memberi pesan kepadaku.
“Suatu saat, semoga berkesempatan satu majelis dan bersalaman dengan beliau.” Doa mbah waktu itu.

Tak di sangka doa itu terkabul malam ini. Meskipun bukan kakek, tapi saya yang dateng dan bersalaman. Saya niatkan untuk mewakili mbah. Sehingga semoga segala pahala ibadah dan barokah juga tersalur ke mbah yang sangat saya hormati.
Masih ada waktu, semoga juga mbah berkesempatan langsung merasakan sakralnya pertemuan ini. Aamiin.

—–+—–

Tambahan:
Randu : Kamu juga percaya kalau foto bisa membawa berkah?
Agung : Bukan fotonya, tetap hanya Allah yang memberi berkah. Foto itu hanya perantara. Itu pun karena foto seorang ulama yang selalu menjaga akhlaknya dan selalu pula niat ibadah dalam setiap tindakannya. Kalau foto mu baru aku ragu Ran. Bukan ragu lagi, malah blas ndak percaya. Hehe…
Randu : Jadi kamu percaya sama mbah mu itu? Bukannya percaya ke benda-benda yang membawa berkah itu hanya pengaruh budaya dan kepercayaan animisme dan dinamisme jaman dulu ya?
Agung : Sekali lagi ya, foto itu hanya perantara. Jangan disalahartikan lagi prinsip itu. Dan Mbah itu bukan budayawan Ran, beliau ulama. Yang beliau katakan bukan berdasarkan ilmu kebudayaan, tapi ilmu agama yang beliau pahami selama ini.
Randu : Meskipun ada yang ngasih tau kamu ayat qur’an dan hadist agar menjauhi hal itu?
Agung : Siapa yang mau ngasih tau begituan? Aku ya tetep lebih percaya mbah. Mbah itu sudah ngaji di pesantren, ke kyai lebih dari 15tahun selama masa mudanya. Sampe sekarang beliau tetap ngaji. Masak iya terus aku lebih percaya ke orang yang baru ku kenal yang ku tak tau dia belajar agama selama berapa lama dan dari mana. Lagian kamu kira mbah ndak berpegangan ke quran dan hadist? Beliau jauh lebih tau dari kita lah. Ndak usah di pertanyakan lagi.
Randu : Iya ya…
Agung : Bentar dulu, mbah itu kan bukan mbahku saja Ran, tapi ya mbah mu juga. Kita juga sama-sama murid beliau. Emang kamu ndak percaya ke beliau?
Randu : Bukan gitu, aku kan lagi belajar sama kamu gung.
Agung : Belajar apa?
Randu : Ya kalau aku ditanya gitu, aku harus jawab gimana. Kalau begini kan aku jadi tau harus jawab apa. Hehe…

——+——

#Padahal Situbondo dan Jember itu tetanggaan. Ketemunya malah di Bogor. Luar biasa.

_____________________________
SholluAlanNabiMuhammad…
_____________________________

Ironi Kemanusiaan dan Ajaran Tuhan

Begitu banyak yang fokus pada Pak  Budi yang akan jadi Kapolri.
Padahal di lokasi lain, kartun terlarang kembali dibuat tambah berani oleh si Charlie.

Gambar Abraham Samad pun menjadi sangat di sorot, dibahas diberbagai instansi, dan di bela habis habisan.
Sementara di tempat jauh sana, sedang ada majalah yang menampilkan penggambaran Nabi Muhammad Saw sebagai sampul depannya, ini bukan saja hal yang tabu, tapi jelas di larang dalam agama islam.

Begitu sempurna sosok sang Nabi Besar hingga tak kan ada yang bisa benar-benar bisa menggambarkannya baik dengan kata, gambar, atau wujud benda. Itu yang guru saya ajarkan. Sebagaimana pun kamu berusaha, sepintar apapun kamu menggambar, membuat syair, memahat patung, tak kan cukup untuk menggambarkan sosok Muhammad saw yang begitu mulia. Para sahabat pun mengaku tak bisa menggambarkannya. Bahkan tanpa dilarang, para sahabat pun tak kan melakukannya, karna sadar mereka tak bisa menggambarkannya, tak bisa membandingkannya dengan yang lain, apa lagi dengan produk buatan mereka. Sementara Charlie, yang pasti tak kenal Nabi lebih baik dari para sahabat, berani menggambarkan Nabi.

Kalau saja saya ada sumber daya buat ke Prancis sana.
Akan saya datangi kantor majalah itu, saya temui satu-satu krunya, terus saya jewer, saya gelitiki, saya jitak satu-satu, baru saya nasihati, sampai mereka mengerti seperti apa yang saya maksudkan.

Bagaimana bisa hukum asasi kemanusiaan bisa di atas ajaran Tuhan?
Bagaimana bisa hak dan kewajiban yang Tuhan Maha Sempurna ajarkan bisa kalah dan harus mengalah dari hukum yang disebut sebagai kemanusiaan?
Padahal azas “kemanusiaan” itu pun tak disepakati oleh seluruh manusia, katanya oleh sebagian besar, padahal hanya oleh sebagian orang besar. Oleh segelintir orang yang merasa memiliki kekuasaan bahkan meskipun terkadang berani walau harus melawan Tuhan.

Kalau saja saya ada sumber daya buat kemanapun saya bisa.
Akan saya datangi orang–orang yang masih mempertentangkannya, saya temui satu satu krunya, terus saya jewer, saya gelitiki, saya jitak satu-satu, baru saya nasihati, sampai mereka mengerti seperti apa yang saya maksudkan.

Memang, selalu hanya orang yang tak memiliki “sesuatu” yang tak bisa mengerti bagaimana berharganya “sesuatu” itu.

______________________________
#ShollualanNabiMuhammad…
______________________________

Kisah Menjemput Mimpi 10: Kisah Baru Saja Akan Dimulai

[sebuah cerita bersambung “Kisah Menjemput Mimpi”]

Tulisan sebelumnya : Siapa Namanya?

Bel istirahat sudah berbunyi segera aku menuju kopsis (koperasi siswa) untuk beli tempe goreng yang ekstra yahud di sana. Cukup beli tiga buah dengan bonus beberapa buah cabe sudah bisa mengenyangkan perut ini. Bukan karena porsi makanku sedikit, tapi ukuran tempe ini hampir sebesar ukuran kertas A5 dengan banyak tepung yang mengelilinginya. Bener-bener wenak dan mantap dilidah. Rasa krenyesnyapun terasa full saat dikunyah. Beginilah salah satu caraku mengisi waktu istirahat. Setelah selesai membeli tempe itu, seperti biasa aku langsung ke kelas. Dengan melewati lapangan tengah, aku bisa langsung menuju ke kelasku kelas X2. Kelas X3 juga aku lewati. Selalu ketika lewat kelas itu aku mencoba mencari-cari, siapa tahu ada sari di sana. Sampai hari ini aku dan Sari tak pernah kenalan. Begitulah, aku merasa tak pantas jika seorang cowok langsung berkenalan dengan cewek dengan maksud untuk jauh lebih dekat. Bagiku itu tidak etis.
Baca lebih lanjut

Kisah Menjemput Mimpi 9 : Siapa Namanya?

[sebuah cerita bersambung “Kisah Menjemput Mimpi”]

Tulisan sebelumnya : Pertemuan

Hasil seleksi Pengurus OSIS belum juga diumumkan. Sementara ini yang aku lakukan adalah belajar dan aktif di Pramuka dan Artistik. Belajar tentu aku lakukan setiap malam. Karna kalau tidak, Bapak akan menanyakan kenapa aku tidak belajar, apa memang tidak ada tugas, atau memang aku yang sedang malas. Oleh karena itu, setiap malam, meskipun terkadang hanya pura pura, aku bawa buku ruang tv, kemudian ku geletakkan di depanku, dan siap untuk nonton tv sambil belajar (bukan belajat sambil nonton tv). Baca lebih lanjut

Kisah Menjemput Mimpi 8 : Pertemuan

[sebuah cerita bersambung “Kisah Menjemput Mimpi”]

Tulisan sebelumnya : Selanjutnya Tangani Sendiri

“Gimana nilai nilai minggu ini gus?”
Bapak bertanya tentang akademikku. Hampir setiap malam Bapak selalu bertanya perkembangannya. Ya, Bapak adalah yang paling disiplin menjagaku untuk tetap sukses di akademik. Seringkali malah aku merasa tak ada kabar lain yang Bapak ingin tahu selain akademik itu.

“Alhamdulillah semuanya lancar Pak.”
“Nilainya gimana?”
“Di SMA beda Pak dengan SMP. PR jarang di cek dan di nilai. Nilai itu adanya di ujian atau ulangan.”
“Owh, yasudah. Berarti pas ulangan harus bisa ya.”
“Iya Pak.”

Kemudian Bapak melanjutkan menonton tv. Aku juga melanjutkan aktivitasku belajar sambil menonton tv.

Akhir akhir ini, aku, mama, dan Bapak hanya bisa banyak ngobrol saat malam sambil nonton tv, sambil belajar begini. Aku jadi semakin sering pulang sore. Kegiatan ekstra kurikuler sudah dimulai mulai dua minggu yang lalu. Selain OSIS yang sekarang juga sedang proses seleksi, aku juga memilih untuk ikut ekstrakurikuler, pramuka dan artistik.

Baca lebih lanjut